setangkai mawar,
dijalin begitu rupa, agar terlihat menggoda
dibungkus dengan plastik,
berhias pita
indah, harum tanpa cela.
manusia, dengan keserakahannya,
begitu rupa memuaskan nafsunya
dengan memangkas duri sang mawar,
mengamputasi dari batangnya...
sebagai pelampias berahinya.
mawar,
kau layu tak lagi elok,
parasmu tak layak sebagai symbol
dan kau, tercampakkan.
masihkah kau berani hidup?
jawabnya, tidak!
karena kau tidak merdeka...
menarik nafaspun dalam kuasanya,
layakkah kau memberi symbol cinta?.
begitulah, pengorbanan sang mawar untuk sekedar mengatakan cinta meski mewakili seonggok daging bernama manusia...
BalasHapusSaya mawar apa melati ya??
BalasHapusKalo mawar berduri kalo melati putih suci
ah..bingung
mending jadi itik ajalah
biar amis tetep manis
apapun yg terjadi dengan simbul, tentu cinta tetaplah selalu ada...saya yakin itu...
BalasHapusSetuju dgn mas boyke, bila mawar dianggap simbol cinta, maka apa pentingnya simbol dibanding cinta itu sendiri. Di luar posisinya sebagai simbol tadi, Mawar itu tetaplah indah.
BalasHapusaku setuju dengan ungkapan mas boy dan mbak elly atas ungkapan cinta memang lebih dari sekedar mawar, tapi aku juga setuju dengan suryaden... manusia egois, ya kalau dipikir2 gak ada manusia yang gak egois...
BalasHapusuntuk itik selamat atas pilihannya... itu yang terbaik.
Bunga yang telah layu dan berguguran tidak dapat menjadi segar kembali walau apapun yang kita usahakan.
BalasHapusUntungnya manusia bukan bunga. manusia yang telah berputus asa dapat bersemangat kembali dengan kehadiran teman2 yang selalu setia menemani...
Semangat....semangat...semangat....
Aku suka dengan tekadmu...
BalasHapusAku suka dengan aktifitasmu...
Agama bukan untuk mempersulit Umat...
Namun untuk sesuatu yang sangat Indah...
Kehidupan yang lebih bermakna...
TUHAN tidak butuh kita!
Sahabatku...
Terus lakukan, mencari jatidirimu...
Namun waktu yang menjadi masalah kita!
Jikalau ini adalah nafas terahir kita...
Sudah siapkah?
ALLAH bukan partner untuk berjudi tentang KEHIDUPAN!