13 Okt 2009

garamgaram hidup

aku tersesat pada suatu peradaban
sopan, malas dan tanpa irama dengan moral kental

mati-matian coba selami,
lupa hiraukan pedih kaki,
berkali-kali terkoyak hati.
mampukah pijakan kaki?
sementara aku tak mampu beradaptasi,
lelah sudah kukenakan dua jatidiri

Tuhan,
apakah aku harus pergi?
ataukah memperdalam luka hati
yang terbui

di shubuh ini,
terpekur mengutuk diri...
buntu membawa hati.

3 komentar:

  1. Ach....bukankah kita hanya sekedar mengikuti arah angin?!

    BalasHapus
  2. Garam -garam kehidupan sekedar penambah rasa, agar sang kehidupan tak hambar. Barangkali garam kadang menambah perih saat ada luka menganga, tapi ia akan juga menguatkan. Hadapi kawan.....

    BalasHapus
  3. seharusnya sih gitu mbak... kalo datar2 aja juga ya gak ada tantangannya juga.....tapi ko ya prosesnya berat bener.... makasih banyak Mbak Elly.

    yans... bener banget, kalo gak ngikutin malah gak hidup ya.

    BalasHapus