15 Mar 2008

" kasta cantik", otak dan penyakit jiwa

Kawan, tahukah apa yang dialami perempuan??? sejak zaman kepercayaan hingga zaman Ketuhanan perempuan dibelenggu dalam sangkar budaya. zaman Dinasty - dinasty di china, perempuan "terbaik" adalah perempuan yang memiliki ukuran sepatu terkecil - perempuan harus rela mematahkan punggung kaki dan tersiksa sepanjang hidup. sekarang eropa memasuki posh - modernisme posisi perempuan tidak jauh berbeda. simbol kecantikan perempuan adalah ketika perempuan luwes menggunakan high hiels (itu baru sebagian kecil), parahnya lagi negara core mempropagandakan sifat "kecantikan global" melalui boneka barbie (bayangkang dari balita perempuan sudah terkena penyakit stress, yang diperkenalkan lewat mainan)

Wah pembunuhan karakter! sangat brutal.

Aku kadang tidak mampu membayangkan, bagaimana perempuan berupaya keras agar masuk dalam jajaran "kasta cantik". budaya pop kejam sekali ya, seperti wabah sampar. jadi merinding, bagaimana dengan nasib cucu - cucu kita, tragis.

"Kasta cantik" yang sangat tragis ketika barometernya dilihat dari ukuran dada dan jenjangnya kaki, yang lebih dahsyat lagi alas kaki yang kita gunakan (sandal, sepatu, high hiels) penentu utama posisi atau derajat perempuan.

Jika aku boleh mengutip kata - kata sindiran pedas Yvonne Ridley, "kasta cantik" yaitu mereka yang berdada besar dengan bentuk kaki jenjang, malang benar nasib perempuan asia. Terubkti sudah ramalan Freud bahwa perempuan rentan dengan penyakit kejiwaan/neurosis (konversi), akibat mati - matian menekan keinginan dini seksualitasnya dengan diet ketat.

Menakutkan! kalau kata Stephen Tong, mari gunakan otak kita semaksimal mungkin karena percuma punya otak hanya untuk berpikir "yang tidak berguna". Stephen Tong muntab, mengapa otak hanya digunakan untuk berpikir hal - hal yang dangkal sedangkan dengan kita berpikir keraspun kapasitas yang digunakan oleh otak kita sama. Marilah kita pergunakan otak kita untuk hal - hal yang lebih bermutu dalam menentukan tindakan -- tunjukan esensi kita sebagai manusia bukan boneka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar