15 Apr 2009

aku dan perempuan tua

kau tuang air dalam cawan kehidupan,
perlahan kau larutkan sperma
dalam buih kehidupan,
aku tunggu tiap detik penuh debaran,
berharap dapat menetaskan anak-anak imaji.

terpekur dalam larut,
matahari tak juga menjemput,
hangat api yang menyambut, perlahan mulai membakar
aku meraung,
menyaksikan anak-anak imajiku menghangus satu-persatu,
meleleh!

perempuan tua dalam kerut wajah
duduk bersimpuh di depan pintu,
kerut wajahmu guratkan perjuangan,
mata cekungmu kilatkan jilatan api.

dalam usia serentamu,
cita enggan bertemu...
tawamu membusai kepahitan,
nistalah yangberani berikrar.

perempuan tua tersungut gundah
siapakah kelak mengiringi penguburanku.

3 komentar:

  1. Kau dan perempuan tua, mengapa kalian mengelompokkan diri kalian dalam perempuan.....? Apakah karena kalian berjenis kelamin perempuan...? Tanpa mengingkari kodrat, saya kadang lupa kalau saya perempuan. Tetapi itu tidak mengurangi tangung jawab saya untuk mengisi dunia ini dengan kejujuran dan rasa keadilan. Sebab apakah kita perempuan atau lelaki, di mata Tuhan kita sama. Salam kenal juga ya. Senang membaca blog ini.

    BalasHapus
  2. hm..sajaknya semakin dalem aja...

    BalasHapus
  3. makasih udah ngasih koment.

    newsoul: kalau dibilang mengelompokan diri tidak sepenuhnya salah...aku berupaya menuangkan perjuangan yang kadang membentur dinding, yah seperi itu...hampir sama tragisnya kayak kartini tapi enggak sehebat dia... hehehe hiperbola ya. makasih kalau blog ini cukup menghibur, aku tunggu kritikan dan saran di puisi yang udah aku tulis dan yang akan datang.

    mas boy, aku tunggu kritik dan saranmu dalam penulisan puisi2 berikutnya.

    BalasHapus